Dalam
azwaajul khulafa adalah tentang sorang Arab Badui pengemara yang dihadapkan kepada Al-Mansur. Dia diminta
Al-Mansur untuk mengisahkan perjalanannya ke berbagai negeri, demi
menyimpulkan:”Tiada yang semegah Baghdad.” Lelaki ini-seperti umumnya Badui yang polos-blak-lakan bahwa Baghdad
memang megah tapi angker;rajanya sulit ditemui rakyat. Dia malah berkisah
tentang ibu kota Cina, mungkin maksudnya Chang-an; kotanya rapi, Kaisarnya
sudah tua, namun bijaksana.
Si
Badui dengan semangat bercerita bahwa ketika makin tua,kaisar mulai kehilangan
daya dengarnya. Dia mulai tuli. Dia sedh. Para menteri dan penasihat
menghibur,”Apapun yang terjadi. Yang Mulia tetap Kaisar kami yang bijak, mohon
Baginda jangan bersedih.”
“Aku
bersedih bukan meratapi diri,” ujar Kaisar,”aku penuh sesal sebab kini tak lagi
bisa mendengar langsung keluhan rakyat!”
Sejak
saat itu Kaisar yang rajin bertandu mengelilingi negeri ini memutuskan untuk
tak memegang pemerintahan secara lagung. Diangkatlah Perdana Menteri (Chen
Xiang) dari pelulus terbaik ujian negara (Jinshi) untuk menjalankan
pemerintahan di bawah pengawasannya. Ujian untuk memilih para penjabat
diselenggarakan bertingkat; dari tingkat distrik, provinsi, hingga negara. Meritokratis.
Secara berjenjang; para menteri, gubernur, bupati, dan hakim wilayah diangkat
berdasar peringkat dalam ujian. Pengawasan ditata.
Lalu
apa yang dikerjakan Kaisar? Dia makin rajin mengelilingi negeri untuk
mendengarkan kelulhan rakyat dan menyemangati mereka. Sebab pendengarnya lemah,
Kaisar menihtahkan agar yang ingin mengajukan masalah mengenakan pakaina merah
dan menyiapkan adaun secara tertulis. Atas tihtahnya, regu khusus kekaisaran
akan menindaklanjuti tiap aduan sesuai tingkat pengambilan kebijakan; desa
hingga pusat. Kaisar berkeliling; menyemangati rakyat, memberkati mereka di
tempat peribadatan, mendorong pendidikan, kerja keras, dan bakti. Yang didahului
Kaisar mengilhami rakyat, baca tulis meningkat, aneka kerja bersemangat,
pemerintahan tertata, dan Dinasti Tang jaya.
Nah,
simpul si Badui pada Al-Mansur, Amirul Mukminin tetntu lebih berhak melakukan
semua hal indah itu daripada Kaisar Cina. “Sebab Kaisar itu,” ujar Badui,
“hanya bertindak demi kemashlatan dunia. Sementara kau hai Al-Mansur, adalah
pemimpin yang dibimbing Firman Tuhan dan sunnah insan sempurna untuk menjayakan
orang-orahm beriman di dunia hingga akhirat!”
0 komentar:
Posting Komentar