Sabtu, 03 Agustus 2013

Sang Pemimpin Sejati


               Dalam azwaajul khulafa adalah tentang sorang Arab Badui pengemara yang  dihadapkan kepada Al-Mansur. Dia diminta Al-Mansur untuk mengisahkan perjalanannya ke berbagai negeri, demi menyimpulkan:”Tiada yang semegah Baghdad.” Lelaki ini-seperti umumnya  Badui yang polos-blak-lakan bahwa Baghdad memang megah tapi angker;rajanya sulit ditemui rakyat. Dia malah berkisah tentang ibu kota Cina, mungkin maksudnya Chang-an; kotanya rapi, Kaisarnya sudah tua, namun bijaksana.
            Si Badui dengan semangat bercerita bahwa ketika makin tua,kaisar mulai kehilangan daya dengarnya. Dia mulai tuli. Dia sedh. Para menteri dan penasihat menghibur,”Apapun yang terjadi. Yang Mulia tetap Kaisar kami yang bijak, mohon Baginda jangan bersedih.”
            “Aku bersedih bukan meratapi diri,” ujar Kaisar,”aku penuh sesal sebab kini tak lagi bisa mendengar langsung keluhan rakyat!”
            Sejak saat itu Kaisar yang rajin bertandu mengelilingi negeri ini memutuskan untuk tak memegang pemerintahan secara lagung. Diangkatlah Perdana Menteri (Chen Xiang) dari pelulus terbaik ujian negara (Jinshi) untuk menjalankan pemerintahan di bawah pengawasannya. Ujian untuk memilih para penjabat diselenggarakan bertingkat; dari tingkat distrik, provinsi, hingga negara. Meritokratis. Secara berjenjang; para menteri, gubernur, bupati, dan hakim wilayah diangkat berdasar peringkat dalam ujian. Pengawasan ditata.
            Lalu apa yang dikerjakan Kaisar? Dia makin rajin mengelilingi negeri untuk mendengarkan kelulhan rakyat dan menyemangati mereka. Sebab pendengarnya lemah, Kaisar menihtahkan agar yang ingin mengajukan masalah mengenakan pakaina merah dan menyiapkan adaun secara tertulis. Atas tihtahnya, regu khusus kekaisaran akan menindaklanjuti tiap aduan sesuai tingkat pengambilan kebijakan; desa hingga pusat. Kaisar berkeliling; menyemangati rakyat, memberkati mereka di tempat peribadatan, mendorong pendidikan, kerja keras, dan bakti. Yang didahului Kaisar mengilhami rakyat, baca tulis meningkat, aneka kerja bersemangat, pemerintahan tertata, dan Dinasti Tang jaya.
            Nah, simpul si Badui pada Al-Mansur, Amirul Mukminin tetntu lebih berhak melakukan semua hal indah itu daripada Kaisar Cina. “Sebab Kaisar itu,” ujar Badui, “hanya bertindak demi kemashlatan dunia. Sementara kau hai Al-Mansur, adalah pemimpin yang dibimbing Firman Tuhan dan sunnah insan sempurna untuk menjayakan orang-orahm beriman di dunia hingga akhirat!”

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 Dokter Mahasiswa Fakultas Hukum Indonesia. All rights reserved.
Blogger Template by